RANGKUMAN BUKU DARI IMAN KEPADA IMAN (STEPHEN TONG)

Konsep unik Kekristenan diungkapkan dengan begitu singkat dan jelas hanya satu kali saja, yaitu di dalam Roma 1:17 ini. Melalui kalimat yang sangat ringkas: “Dari iman kepada iman,”. Setelah Paulus mengungkapkan tema “dari iman kepada iman,” ia langsung melanjutkan dan menghubungkannya dengan suatu tema yang sudah terungkap dalam Perjanjian Lama, yaitu “orang benar akan hidup oleh iman”. Hal ini sudah tersembunyi di dalam kekekalan dan diwahyukan di dalam sejarah, dan diungkapkan di dalam Kitab-kitab Nabi yang penting. Cetusan kalimat yang pendek ini mulai terungkap dalam tulisan Habakuk (Habakuk 2:4), Kalimat penting ini kemudian dicetuskan kembali dalam Kitab Roma oleh Rasul Paulus, lalu dikonfirmasikan di dalam Kitab Ibrani. Kita juga melihat bahwa seluruh Kitab Suci diterangi oleh kesinambungan prinsip ini, yaitu “orang benar akan hidup oleh iman,” atau dengan kata lain, “dengan iman kita beroleh hidup.”
Jadi apa maksudnya “dari iman kepada iman”? Beriman berarti percaya, dan orang yang percaya berarti orang yang beriman. Mengapa tidak cukup satu kali saja?, Karena iman atau percaya ini yang membawa seseorang kepada keselamatan dan hidup. Dengan percaya orang diterima oleh Allah dan berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Dengan percaya, orang menjadi anak-anak Allah; dengan percaya, orang menerima Roh Kudus; dan orang yang percaya akan menerima firman Tuhan (Yohanes 11).
BAB I
DARI IMAN KEPADA IMAN:
IMAN SEBAGAI FONDASI
Roma 1:16-17: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Surat Roma adalah sebuah kitab pengupasan prinsip, rencana, dan kuasa Allah di sepanjang sejarah tentang bagaimana Kristus menyelamatkan dunia ini. Maka surat ini mengandung prinsip yang melintasi zaman dan melampaui semua kebudayaan. Kitab ini juga mengandung prinsip-prinsip yang dimiliki oleh iman Kristen, yang sangat berbeda dibandingkan dengan semua agama di dunia.
Kristen agama yang berlandaskan iman
Di dalam Kristus, yang dituntut justru adalah peniadaan jasa. “Mengusahakan jasa” dan “meniadakan jasa,” merupakan dua hal yang bersifat antitesis dan mengandung perbedaan yang bersifat kualitatif. Kualitas Kekristenan adalah kualitas penuh di dalam Kristus, sedangkan kualitas agama-agama lain adalah kualitas dari penegakan jasa manusia sampai manusia memiliki cukup syarat untuk diterima oleh Tuhan Allah.
Allah membuat buah yang enak dan lunak untuk dimakan, tetapi biji yang keras tidak untuk dimakan. Benih Injil merupakan iman, tetapi iman itu tidak boleh mati di dalam, sebaliknya harus menghasilkan buah di luar. Jadi, jika kita mengatakan “bukan karena jasa, saya diselamatkan oleh Tuhan,” lalu dengan apa kita diselamatkan? Dengan iman? Iman kepada siapa? Jawabannya ialah: iman kepada jasa Kristus. Ini suatu pengertian yang benar: melalui iman kepercayaan kepada Kristus kita diselamatkan. Maka jasa yang dilihat oleh Allah bukanlah jasa Saudara dan saya, tetapi jasa penebusan Kristus yang merangkul dan menaungi kita. Barangsiapa berada di dalam anugerah Kristus, ia berada di dalam anugerah keselamatan. Barangsiapa di dalam Kristus, ia berada di dalam pemeliharaan yang kekal, yaitu rencana penebusan Tuhan Allah, karena darah Yesus membungkus dia, kematian Yesus membawa dia kembali kepada Tuhan Allah. Iman di dalam Kristus, itulah pengertian keselamatan yang sejati.
Karena orang yang benar-benar sudah berada di dalam Kristus, ia bagaikan benih yang sudah memiliki hidup, yang bertumbuh dan berbuah, Itu sebabnya, orang Kristen yang sejati pasti mempunyai kelakuan yang baik. Tetapi orang yang mempunyai kelakuan yang baik belum tentu seorang Kristen yang sejati. Orang Kristen sejati terjadi karena ia diselamatkan, sehingga ia bisa menghasilkan etika yang tinggi. Inilah prinsip yang penting dari iman Kristen yang sangat berbeda secara kualitatif dari agama-agama lain. Inilah yang kita sebut dengan The Uniqueness Of Christianity (keunikan kekristenan).
Di sini kita melihat bagaimana konsep “dari iman kepada iman” menjadi prinsip dasar yang merupakan fondasi Kekristenan. Bukan dengan uang, bukan dengan jasa, bukan dengan kebajikan, melainkan dengan iman. Bukan dengan kontribusi manusia, bukan dengan iman yang tertuju kepada diri sendiri, melainkan iman yang tertuju kepada Yesus Kristus.
Empat Presuposisi Iman Yang Salah
Di sini kita akan melihat empat kesalahan metode iman yang mungkin timbul di dalam dunia agama, mengenai keallahan dan keimanan kepada Dia.
- Iman Berdasarkan Penglihatan: “Jika saya melihat, saya akan percaya.”
Kalau saya bisa melihat Allah, maka saya akan percaya kepada Allah. Ini berarti iman itu dibangun di atas penglihatan atau apa yang bisa kita lihat secara kasat mata. Maka apa yang tidak bisa saya lihat, tidak akan bisa saya percayai. Jika saya tidak bisa melihat Allah, maka saya tidak akan percaya kepada Allah itu. Ketika kita memberitakan Injil, kita akan menghadapi hambatan pertama, yaitu ia minta kita menunjukkan Allah kepadanya, karena ia tidak mau menerima teori kita. Waktu terjadi seperti itu, kita bisa tergoda untuk berdoa kepada Tuhan dan meminta Tuhan menyatakan diri kepadanya. Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Thomas: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29b).
Semua yang pernah engkau lihat biarlah itu menjadi tanda supernatural yang memang mungkin terjadi, tetapi segeralah kembali kepada firman. Jika engkau terus membanggakan apa yang engkau lihat, lalu engkau terus bersaksi tentang apa yang engkau lihat, akhirnya seumur hidup imanmu tidak akan maju. Tetapi jika engkau kembali kepada firman, maka pertumbuhan yang stabil dan menyeluruh di dalam iman Kristen bisa terjadi di dalam hidupmu.
Salah satu contoh yang penting untuk ini bisa kita lihat dalam peristiwa kebangkitan Lazarus. Dalam peristiwa ini, Yesus mendemonstrasikan keilahian dan kuasa kebangkitan yang la miliki untuk membuktikan bahwa Dia adalah Allah. Seharusnya, setiap orang yang melihat peristiwa itu tersungkur dan percaya kepada Yesus, yang adalah Allah yang berinkarnasi. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Musuh-musuh Yesus berkomplot untuk membunuh Yesus.
Di sini kita melihat kegagalan melihat. Mereka sudah melihat, tetapi mereka tidak bisa melihat. Itu sebabnya, Alkitab tidak percaya bahwa jika seseorang sudah melihat ia akan percaya. Itu suatu asumsi yang mustahil. Kalau seseorang bisa percaya, itu karena Tuhan Allah memberikan benih iman ke dalam hatinya. Sehingga setelah melihat, ia dibawa dari melihat kepada firman yang merupakan benih iman, dan membawanya beriman kepada Tuhan Allah.
- Iman Berdasarkan Pengalaman: “Jika saya mengalami, saya akan percaya.”
Prinsip kedua yang salah akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, adalah iman dibangun berdasarkan pengalaman. Jika iman didasarkan pada pengalaman, maka iman Saudara akan disetir dan diarahkan oleh pengalaman. Akibatnya, jika pengalaman Saudara berubah, seluruh sendi iman Saudara pun akan goncang.
Di sini kita melihat, jika agama dan iman Saudara didirikan di atas dasar pengalaman, sebenarnya Saudara bukan sedang berbakti kepada Allah, tetapi sedang bersembah sujud pada pengalaman yang terjadi oleh anugerah. Itu bukan Kekristenan yang Alkitabiah. Saudara hanya mau percaya kepada Allah berdasarkan pengalaman Saudara. Itu bagaikan seorang anak kecil yang membawa sebaskom air laut dan berkata bahwa ia telah membawa samudra ke rumahnya. Kita harus menyadari bahwa bagaimanapun besarnya pengalaman kita, pengalaman itu tetap terlalu kurang untuk bisa menyatakan diri Allah.
- Iman Berdasarkan Bukti “Jika ada buktinya, saya akan percaya.’
Pemahaman ketiga yang salah adalah mendasarkan iman di atas bukti. Jika Saudara dapat membuktikan adanya Allah, maka saya mau percaya. Roh Kudus yang dinyatakan dalam Alkitab adalah Roh Kudus yang memimpin manusia masuk ke dalam kebenaran, memberikan kepada manusia hidup baru, menyebabkan timbulnya pertobatan yang sejati, dan menjadi Roh Kebenaran yang tinggal di dalam hati manusia sehingga membuat dia lebih dekat dengan Kristus.
Jika orang mengatakan, “Coba buktikan Allah!” Bagaimana Allah bisa dibuktikan? Jika Allah bisa dibuktikan berarti bukti itu bisa melingkupi atau menguasai Allah. Jika bukti bisa melingkupi Allah, maka Allah akan menjadi lebih kecil dari bukti, dan bukti menjadi lebih besar dan lebih tinggi kedudukannya dari Allah. Manusia terlalu sembrono, ketika ia berani mengatakan bahwa kalau tidak bisa membuktikan Allah, maka ia tidak mau percaya.
Tanda tidak sama dengan bukti. Kalau pada saat Saudara berjalan menelusuri jejak itu, lalu menemukan sepucuk pistol tergeletak, disitu. maka pistol itu adalah barang bukti. Jejak kaki itu hanya menandakan bahwa tadi ada orang yang lewat, tetapi tidak bisa memberikan bukti apa pun. Di sini kita melihat bagaimana pengalaman-pengalaman kita terlalu kecil untuk menjadi suatu bukti. Maka sangatlah tidak mungkin kalau kita meminta bukti dulu, baru kita bisa percaya.
- Iman Berdasarkan Logika: “Jika masuk akal, saya akan percaya.”
Orang-orang ini beralasan bahwa kalau cukup logis barulah mereka mau percaya. Memang, kita meyakini bahwa bukan dengan perdebatan rasional manusia menjadi percaya, melainkan melalui rasio dan argumentasi kita membawa mereka kepada Firman dan memperhadapkan mereka kepada Firman. Saya harap Saudara tidak salah mengerti. Jika Saudara menjadi Kristen karena mengalami kesembuhan, saya tidak menyangkal atau menentang kesembuhan yang Saudara alami dan yang membawa Saudara menjadi Kristen, tetapi yang saya mau tekankan ialah jangan menyandarkan diri dan iman Saudara pada kesembuhan itu, melainkan kepada firman.
Alkitab juga menolak pandangan yang mengatakan, kalau orang sudah mengerti, ia pasti akan percaya – “dari rasio kepada iman.” Tetapi Paulus berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya” (2 Timotius 1:12). Itu berarti percaya dulu baru mengetahui/mengerti. Maka, kepercayaan yang berdasarkan pengetahuan akan sangat berbeda dengan pengetahuan yang berdasarkan kepercayaan.

Alkitab memberikan prinsip yang sama sekali terbalik: karena beriman, umat Allah memperoleh bukti tentang kebenaran (Ibrani 11:1-3). Iman melahirkan bukti, bukan bukti melahirkan iman. Dalam ketiga ayat dari Kitab Ibrani ini kita melihat “dari iman kepada bukti,” “dari iman kepada saksi,” dan “dari iman kepada pengertian”. Iman itu sendiri adalah bukti dari hal-hal yang tidak kelihatan (Ibrani 11:1). Kalau mereka beriman kepada Allah, mereka mendapatkan saksi (Ibrani 11:2), yang dalam istilah aslinya adalah bukti. Dan setelah kita beriman, kita baru bisa mengerti (Ibrani 11:3).
Kristus: Pemula Dan Penyempurnaan Iman
Ibrani 12:1-2 mengungkapkan bahwa seluruh aspek iman berpusat pada Kristus, yang memulai dan yang menyempurnakan iman kita. Ini dimengerti sebagai “dari iman kepada iman.” Pribadi yang membentuk dan menciptakan iman awal dalam diri kita, dan memimpin iman kita menuju kesempurnaan adalah Yesus Kristus. Dari iman kepada iman dikerjakan oleh Tuhan. Jadi, orang yang beriman kepada Allah harus beriman dengan memandang kepada Kristus.
BAB II
DARI IMAN KEPADA IMAN:
IMAN DALAM SIFAT PERWAKILAN
Adam Dan Kristus
Kini pengertian “dari iman kepada iman” akan kita lihat dari aspek relasi kedua perwakilan hidup manusia di dalam sejarah. Pertama, seluruh umat manusia diwakili oleh satu orang yang melawan kehendak Allah, yaitu Adam. Kedua, seluruh umat manusia diwakili oleh satu orang manusia yang membalikkan situasi pemberontakan kepada Allah menjadi sikap berbalik dan taat kepada Allah, yaitu Yesus Kristus.
Allah mengenal Adam sebagai ciptaan-Nya yang pertama, yang di dalamnya diciptakan seluruh umat manusia di dalam sejarah, karena Adam adalah perwakilan manusia yang pertama. Kedua, Allah mengenal Kristus sebagai utusan-Nya, sebagai wakil manusia, yang di dalamnya manusia mendapatkan keselamatan melalui ketaatan-Nya. Maka kini kita akan melihat representasi Adam dan representasi Kristus. Adam mewakili seluruh umat manusia, termasuk Saudara dan saya. Kristus juga mewakili seluruh umat manusia, termasuk Saudara dan saya. Jika di luar Adam, pasti di dalam Kristus; yang di luar Kristus, pasti di dalam Adam. Barangsiapa masih di dalam Adam, dia belum mendapatkan dan menikmati anugerah keselamatan didalam Kristus. Barangsiapa di dalam Kristus, ia sudah dikeluarkan dari kerusakan yang diakibatkan oleh pemberontakan yang dilakukan di dalam arus hidup Adam.
Di sini kita melihat dua kubu, yaitu kubu Adam dan kubu Kristus. Kubu pertama adalah kubu dari manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah; sedangkan kubu kedua adalah kubu dari Allah yang empunya peta dan teladan itu sendiri, yang masuk ke dalam dunia untuk memberikan teladan yang sempurna menjadi manusia. Hanya dalam kedua kubu ini saja seluruh umat manusia mendapatkan perwakilan mereka.
Taman Eden: Perwakilan Pemberontakan
Adam adalah manusia yang dicipta, dan dia dicipta menurut peta dan teladan Allah. Demikian juga, sifat-sifat lain yang ada di dalam diri manusia, yang dicipta menurut peta dan teladan Allah, juga mengandung kecenderungan yang sama, yaitu baik atau jahat. Jika anak Saudara cantik, kecantikan itu merupakan suatu kebahagiaan besar, tetapi juga penuh kebahayaan. Kebahagiaan sekaligus kebahayaan adalah suatu paradoks kehidupan.
Ketika Adam menggunakan kapasitasnya dengan respons yang tidak sewajarnya terhadap Tuhan Allah, maka ia telah menyalahgunakan sifat perwakilannya di hadapan Tuhan Allah. Itu sebabnya, ketika Adam harus taat kepada Allah – di mana Allah mengatakan jangan memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat – ia justru tidak mau tunduk dan melawan Allah, ia telah berdosa. la telah melawan Tuhan dan tidak taat kepada Allah. Akibat dari ketidaktaatan dan pemberontakan Adam ini, ia telah menjadikan semua orang yang berada di bawah perwakilannya menjadi “anak-anak pemberontak” (Efesus 2:1-10).
Ketika Adam sebagai wakil umat manusia berdosa, maka semua keturunannya akan mendapatkan mutasi sifat dosa. Di dalam theologi, ini dikenal dengan sebutan dosa asal (the original sin). Tetapi di dalam Theologi Reformed kita mendapatkan pemahaman yang jauh lebih mendalam, yaitu bahwa dosa turun kepada keturunan kita, bukan akibat seks dan pernikahan, melainkan dalam kaitannya dengan sifat perwakilan Adam. Oleh karena itu, semua yang dicipta di dalam Adam ikut menjadi orang berdosa. Allah akan menghakimi seseorang bukan berdasarkan status dosa asalnya, melainkan berdasarkan perbuatannya. Mereka yang menerima Kristus di dalam pertobatannya mendapatkan penebusan Kristus yang meliputi semua aspek dosa, termasuk dosa asal, sehingga akan diselamatkan.
Dengan demikian kita melihat hubungan antara Adam dan kita: from sin to sin (dari dosa kepada dosa). Ini merupakan bentuk relasi yang pertama. Dosa apa? Dosa ketidaktaatan menuju ke dosa ketidaktaatan. Ini merupakan representasi di dalam Adam, yang mewakili kita, sehingga timbul suatu relasi antara Adam dan kita, yaitu relasi “dari dosa kepada dosa.”
Taman Getsemani: Perwakilan Ketaatan
Kristus satu-satunya yang taat mutlak kepada Allah. Maka Tuhan Allah melihat di dalam Kristus suatu kelompok yang taat, suatu umat yang taat kepada Dia, dan inilah anak-anak ketaatan. Dari perwakilan ini kita melihat tiga prinsip penting yang merupakan tiga jalan untuk berada di bawah perwakilan Kristus, yaitu: (1) ketaatan; (2) belajar menderita; dan (3) menjadi sempurna. Jika kita mau menjadi orang yang sempurna, tidak ada cara lain selain berani menderita, lalu belajar ketaatan. Di sinilah kesulitan manusia.
Dalam Alkitab kita melihat hanya ada satu manusia yang sungguh-sungguh sempurna. Dan manusia itu sebenarnya adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Dia adalah Yesus Kristus. Dia menjadi representasi seluruh umat. Dari Betlehem sampai Golgota, perjalanan hidup-Nya adalah perjalanan yang penuh duri, hidup di dalam lembah-lembah kekelaman dan tempat-tempat yang berbahaya. Dari Betlehem sampai Golgota, Dia telah menyatakan diri sebagai wakil umat manusia untuk menyatakan bagaimana manusia harus hidup memperkenan hati Tuhan Allah.
Karya ketaatan Kristus yang mutlak menjadikan seluruh umat manusia memiliki pengharapan. Apa yang telah hilang dari diri kita di dalam Adam, bisa kita dapatkan kembali di dalam Kristus. Apa yang kita hancurkan oleh Adam, hanya mungkin disempurnakan kembali oleh Kristus. Apa yang kita rusak di dalam arus hidup Adam, hanya mungkin disembuhkan di dalam ketaatan Kristus. Dari iman kepada iman” jika kita mau mengerti perjalanan hidup yang berdasarkan pada iman yang dimulai di dalam Kristus dan digenapkan juga di dalam Kristus.
Permulaan iman yang diberikan kepada kita oleh Yesus Kristus adalah “dari iman kepada iman” yang didasarkan pada ketaatan diri-Nya. Adam boleh disebut sebagai bapa orang yang tidak beriman dan yang tidak taat. Sementara Yesus Kristus disebut sebagai Bapa orang beriman dan yang taat.
BAB III
DARI IMAN KEPADA IMAN:
MUTASI KARYA KRISTUS
(Lukas 24:1-6; Roma 1:16-17; Roma 3:22; Roma 4:25; Ibrani 9:23-28)
Dari pra-anggapan yang sudah ditolak, kita melihat bahwa kekuatan iman menjadi titik tolak kehidupan Kristen, Tuhan Yesus berkata “Jika engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah” (Yohanes 11:40).
Mati Dan Bangkit Beserta Kristus (Lukas 23:8-9; Yohanes 19:11)
Kebangkitan Kristus adalah suatu mujizat yang terbesar di dalam dunia. Yesus Kristus menegaskan suatu prinsip, yaitu bahwa hak untuk mendapat hidup dan tanda bukan pada orang yang mempunyai kuasa politik atau kuasa militer, tetapi ada pada Allah, Sumber dari semua kuasa politik dan militer. Di dalam aspek natural, mujizat Allah yang besar adalah menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Tetapi mujizat Allah yang terbesar adalah mengubah yang dari mati menjadi hidup. Itulah kebangkitan (resurrection). Inilah dua pekerjaan Tuhan yang besar sekali, yaitu creation (penciptaan) dan resurrection (kebangkitan). Di dalam Roma 4:17 dituliskan bahwa yang dipercaya oleh Abraham mempunyai urutan yang begitu ajaib, yaitu melihat terlebih dahulu Allah yang membangkitkan orang dari kematian, baru melihat Allah yang mencipta dari ketiadaan. Maka di sini kita melihat bahwa Abraham memiliki iman kepada Allah Sang Penebus lebih daripada Allah Sang Pencipta.

Maka kita telah melihat yang pertama adalah dari dosa kepada dosa (from sin to sin) atau dari ketidaktaatan kepada ketidaktaatan (from disobedience to disobedience); dan kemudian kita melihat dari ketaatan kepada ketaatan (from obedience to obedience) sebagai suatu mutasi di dalam Kristus.
Paradoks Iman: Dari Iman Kepada Iman
Dari Roma 4:25 kita melihat bahwa karya Kristus dibagi menjadi dua bagian: (1) diserahkan karena pelanggaran kita; dan (2) dibangkitkan oleh Tuhan Allah karena pembenaran kita. Di sini Kristus secara aktif menaklukkan diri-Nya kepada rencana Allah, dan secara pasif menyerahkan diri-Nya untuk ditawan dan digantung di kayu salib menjadi sangat penebus manusia. Ini merupakan suatu paradoks yang besar. Drama kosmis di belakang layar selalu menyatakan kehendak Allah, sementara fenomena dunia hanya menampilkan kemauan manusia belaka.
Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, orang berpikir bahwa la telah kalah dan tidak berdaya untuk melepaskan diri dari tangan manusia berdosa. Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita bahwa yang sebenarnya tidak demikian. Allah telah menetapkan untuk meremukkan Dia, dan Yesus Kristus mengatakan bahwa la datang untuk menggenapkan rencana Bapa. Di sini kita melihat bahwa Allah Bapa berinisiatif dan Allah Anak juga berinisiatif. Mereka tidak tahu bahwa di situlah justru rahasia kemenangan Kristus; melalui kekalahan dan kematian, terjadilah kebangkitan. Ini suatu paradoks besar menuju kepada kesuksesan yang luar biasa.
- Mutasi Iman
Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, la sedang menanggung dosa kita, dan kuasa pergerakan dosa yang membawa kematian sedang ditimpakan kepada-Nya. la mati untuk pelanggaran kita. Mengapa dibutuhkan pengalihan seperti ini? Karena penghakiman Allah tidak mungkin ditanggung oleh siapa pun kecuali kuasa Allah sendiri yang bisa menanggung penghakiman Allah sendiri.
- Mutasi Pembenaran
“Ia bangkit untuk pembenaran kita.” Di sini kita melihat satu topik yang sangat penting, yaitu mutasi keadilan Kristus kepada kita. Tepat seperti yang dikatakan oleh Martin Luther: “I put my sin and the burden of sins on the cross and from the cross God gives me righteousness” (Aku meletakkan dosaku dan semua beban dosaku ke atas salib, dan dari salib Allah memberikan pembenaran kepadaku). Di sini mutasi pembenaran dari Kristus kepada kita, telah menjadi fakta.
Apakah propisiasi itu? Propisiasi paling sedikit memiliki dua arti, yaitu: (1) menghentikan murka Allah; dan dengan sendirinya (2) menghentikan kita dari jalan kebinasaan. Dengan menghentikan kita dari murka Allah, manusia tidak perlu terus menuju kepada kebinasaan, tidak menuju ke neraka. Kekuatan propisiasi hanya berada di dalam Yesus Kristus. Karena kebangkitan Kristus kita diberi kebenaran. Pembenaran itu hanya dilakukan melalui kebangkitan. Di sini kita melihat satu kebenaran, yaitu Kristus bukan hanya menjadi teladan kita yang terbesar melalui pengorbanan-Nya.
- Mutasi Kehidupan
Iman yang kita arahkan kepada iman Kristus, yang telah membenarkan kita, mengakibatkan timbulnya iman kepercayaan yang sejati di dalam diri kita masing-masing. Jikalau ketaatan Kristus menjadi sumber ketaatan dan merupakan peresmian ketaatan semua orang yang ada di dalam Kristus, maka iman Kristus juga menjadi dasar dan sumber iman bagi kita semua yang ada di dalam Kristus.
“Dari iman kepada iman” bukan sekadar perjalanan kepercayaan atau kehidupan saja, melainkan juga mutasi dosa dan keadilan. Dari iman kepada iman Kristus, menjadikan iman kita sedemikian kokoh, karena bersumber pada induk iman yang kokoh. Ketaatan kita pun boleh disandarkan pada ketaatan Kristus kepada Bapa. Iman di dalam Kristus merupakan sistem iman yang saya percaya, dan inilah iman yang sesungguhnya di mana manusia boleh diselamatkan.
Iman Kekal Di Dalam Kristus
Yesus Kristus membuktikan bahwa la adalah satu-satunya yang tidak bisa mati, karena la telah mengalahkan kuasa kematian melalui kebangkitan-Nya. Kristus malah rela menantang dan menerima kuasa kematian, sehingga la bisa membuktikan bahwa hidup-Nya mampu mengalahkan kuasa kematian. Itulah Injil. Yang tak terbatas tetap tak terbatas, dan yang kekal tetap kekal. la adalah Sang Pencipta, dan la kekal. Ia pernah betul-betul menanggung dosa manusia. la pernah betul-betul menanggung sengsara. la juga pernah betul-betul tanpa hak istimewa Allah Bapa, harus menanggung penderitaan dan kematian karena dosa manusia, dan la pernah betul-betul dibuang oleh Allah di atas kayu salib.
Demikian pula kuasa maut, kuasa militer, kuasa dosa, tidak berhak menghentikan Kristus untuk bangkit dari kematian. Dia bangkit untuk memberikan kehidupan. Dia bangkit untuk memberikan kepada manusia pengharapan akan hidup.
BAB IV
DARI IMAN KEPADA IMAN:
MOMENTUM KEHIDUPAN
Iman: Kambium Pertumbuhan
Di sepanjang sejarah, sejak dari penciptaan, di dalam diri setiap orang sudah tertanam suatu iman kepercayaan dasar atau iman kepercayaan natural. Maksudnya, Tuhan Allah sudah memberikan kepada setiap orang yang hidup di dunia ini, tanpa terkecuali, iman natural sebagai kepercayaan dasar yang Tuhan berikan ke dalam dirinya. Percaya bahwa ada Allah, tidak berarti memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Allah.
Iman natural tidaklah cukup, sama seperti pencerahan natural di dalam rasio dan filsafat juga tidak cukup. Itu sebabnya, kita perlu masuk ke dalam wilayah kedua yang dikenal sebagai iman yang menyelamatkan (the saving faith). Iman yang menyelamatkan adalah iman didalam Yesus Kristus. Sebagaimana anugerah umum tidak menyelamatkan manusia – kecuali juga memiliki anugerah khusus yaitu anugerah yang menyelamatkan, demikian juga iman natural tidak bisa menyelamatkan – kecuali juga memiliki iman yang menyelamatkan.
Roh Kudus pasti lebih suka menanamkan firman-Nya ke dalam hati manusia. Jiwa kita menjadi lembaran yang ditulisi dengan firman oleh Roh Kudus. Firman akan ditanam di dalam hati kita sampai kita beriman. Itu sebabnya, hal yang harus paling kita takuti dan yang kita khawatirkan adalah sikap tidak mau belajar atau bahkan sengaja membelokkan dan menyelewengkan pemberitaan Kitab Suci demi keuntungan kita. Firman itu sendiri adalah benih yang akan tumbuh menjadi iman yang menyelamatkan didalam Kristus. Ketika firman diberitakan, pasti Roh Kudus bekerja. Roh Kudus tidak mungkin tidak bekerja, karena itu merupakan tujuan Roh Kudus, yaitu untuk membawa firman kepada manusia dan untuk memuliakan Kristus.
Iman: Kambium Pembenaran
Kita melihat antara iman kepada Allah dan pengertian tentang kebenaran Allah akan terus bersirkulasi dan semakin bertumbuh. Dari iman kepada iman yang lebih limpah, disertai pengertian kebenaran yang semakin limpah. Ini merupakan peningkatan pengertian iman di dalam kebenaran sejati yang diwahyukan oleh Tuhan Allah. Ini berarti jalinan dinamis antara iman dan pengetahuan, yang kemudian membawa pada iman yang lebih mendalam, dan bersirkulasi secara terus-menerus.
Kita melihat bahwa antara iman dan pengetahuan terjadi putaran yang semakin masuk ke dalam kebenaran Allah dan semakin mengokohkan iman kita. Makin mengerti kebenaran, makin tebal iman kita; dan makin tebal iman kita, makin kita mendalami kebenaran. Itulah “dari iman kepada iman.”
Iman: Kambium Kenikmatan Dalam Tuhan
Aspek ini meliputi beberapa hal, yaitu: ketika kita berada di dalam kesulitan, iman kita tidak mudah dipatahkan. Iman yang lemah adalah seperti kertas yang mudah robek. Iman yang baik adalah seperti karet yang tidak mudah dipatahkan. Iman seperti ini adalah iman yang ulet dan kuat, karena penyertaan Tuhan semakin kita sadari dan kita alami secara nyata, bukan hanya sekedar argumentasi-argumentasi theologis atau perdebatan-perdebatan logika, tetapi menjadi suatu fakta.
Iman: Penyempurna Hidup
Seluruh perjalanan hidup kita dimulai dari iman dan akan diakhiri dengan iman yang disempurnakan. Alkitab mengajar kita bahwa Allah kita adalah Allah yang memulai pekerjaan yang baik dan yang juga akan mengakhiri dan menggenapkan pekerjaan baik-Nya (Filipi 1:6). Alkitab juga mengatakan Yesus Kristus dari dahulu, sekarang, dan selama-lamanya tidak pernah berubah (Ibrani 13:8). Dan Dia berkata, “Pandanglah kepada Yesus Kristus yang mengadakan dan menyempurnakan iman kita” (Ibrani 12:2).3 Di sini kita melihat tiga hal, yaitu:
Pertama, Tuhan adalah Allah yang setiawan dan tidak berubah. Dia adalah Penguasa sejarah dan Pencipta waktu. Dia adalah Tuhan yang akan menguasai sejarah sampai titik akhir, yaitu eskatologi, dan yang menjamin bahwa Dia akan bisa menyelesaikan apa yang telah dijanjikan-Nya. Kedua, Dia senantiasa memelihara serta memperhatikan kita. Bukan saja karena kesetiaan dan ketidakberubahan-Nya kita terjamin, tetapi juga melalui pemeliharaan dan perhatian-Nya yang terus-menerus kepada kita. Mata-Nya tidak pernah lepas dari kita dan la tidak pernah meninggalkan kita. Ketiga, pada akhirnya, ketika Kristus datang kembali, iman kita akan disempurnakan. Iman kita yang masih belum genap, yang masih penuh dengan kekhawatiran dan luka-luka, dan yang masih kurang sempurna, akan disempurnakan pada saat Yesus Kristus datang kembali. Inilah yang di dalam theologi disebut sebagai consummation. Istilah ini bukan berasal dari kata consume yang artinya menghabiskan atau menghilangkan, tetapi dari kata consummate yang berarti melengkapkan atau menyempurnakan. Tuhan pasti akan menyempurnakan iman kita yang kurang sempurna pada waktu la datang kembali, dan memulihkan kita ke dalam kesempurnaan-Nya.