Daftar film bergenre Psychological Thriller
1. Dismissed (2017)

David Butler adalah seorang guru Bahasa Inggris idealis di sebuah SMA, yang percaya bahwa pendidikan dapat mengubah masa depan murid-muridnya. Suatu hari, ia kedatangan murid baru bernama Lucas Ward, seorang remaja cerdas, rapi, dan tampaknya sopan. Awalnya, Lucas terlihat sebagai siswa teladan dengan semangat tinggi terhadap literatur dan prestasi. Namun, di balik sikap manis itu, tersimpan ambisi dan obsesi berbahaya terhadap kesempurnaan.
Konflik mulai muncul ketika David memberikan nilai B+ untuk esai Lucas—keputusan yang ditanggapi Lucas dengan kemarahan terpendam. Lucas tidak menerima kegagalan dalam bentuk apa pun dan mulai memperlihatkan sisi manipulatifnya, mengganggu kehidupan David secara perlahan namun sistematis. Ia mulai mengintimidasi teman-teman sekelasnya, memanipulasi guru lain, dan mengatur peristiwa-peristiwa agar David terlihat buruk di mata pihak sekolah dan keluarganya.
Situasi semakin memburuk saat David menyadari bahwa Lucas bukan sekadar siswa perfeksionis, melainkan seseorang yang mampu melakukan apa pun—termasuk mencelakai orang lain—demi mendapatkan nilai dan pengakuan yang ia inginkan. Dalam upaya mempertahankan karier dan keluarganya, David terjebak dalam permainan psikologis yang menegangkan. Dismissed membangun ketegangan dengan pendekatan lambat namun mencekam, menghadirkan potret seorang remaja sosiopat dengan topeng kepintaran yang sangat berbahaya.
2. The Gift (2015)

Simon dan Robyn adalah pasangan suami istri yang baru saja pindah ke rumah baru di pinggiran kota untuk memulai kehidupan baru yang tenang. Suatu hari, mereka secara tak sengaja bertemu dengan Gordo, teman lama Simon dari masa sekolah. Gordo mulai sering datang tanpa diundang dan meninggalkan hadiah-hadiah misterius di depan rumah mereka. Awalnya terlihat sopan, kehadiran Gordo perlahan berubah menjadi sesuatu yang mengganggu dan mengusik.
Robyn merasa ada yang aneh dari hubungan masa lalu antara Simon dan Gordo, dan mulai menyelidiki lebih dalam. Ia menemukan bahwa Simon pernah melakukan sesuatu yang kejam terhadap Gordo saat sekolah dulu—peristiwa yang ternyata membentuk seluruh kehidupan Gordo setelahnya. Sementara Simon berusaha menghapus masa lalu itu, Gordo justru datang untuk mengungkit dan membalas dendam secara halus namun menghancurkan. Ketegangan meningkat saat hadiah-hadiah yang diberikan Gordo mulai menyiratkan pesan balas dendam yang tersembunyi.
Film ini perlahan mengupas sisi gelap dari masa lalu yang tampaknya telah terkubur, dan memperlihatkan bagaimana satu kebohongan bisa merusak banyak kehidupan. Robyn yang awalnya percaya penuh pada suaminya mulai meragukan siapa sebenarnya Simon. The Gift membangun atmosfer psikologis yang mencekam tanpa banyak kekerasan, melainkan melalui ketegangan emosional dan kejutan akhir yang menghantui. Dengan alur lambat namun intens, film ini mengajarkan bahwa tidak semua hadiah adalah anugerah.
3. One Hour Photo (2002)

Sy Parrish adalah seorang pria pendiam dan teratur yang bekerja di bagian cetak foto sebuah supermarket bernama SavMart. Ia telah mencetak foto-foto pelanggan selama bertahun-tahun, termasuk milik keluarga Yorkin—pasangan muda dengan satu anak laki-laki kecil. Melalui foto-foto itu, Sy merasa seolah mengenal mereka secara pribadi dan mulai mengembangkan obsesi terhadap kehidupan keluarga bahagia tersebut. Bagi Sy, keluarga Yorkin adalah lambang dari cinta, kehangatan, dan kesempurnaan yang tidak pernah ia miliki.
Obsesi Sy makin dalam ketika ia mencetak foto-foto yang menunjukkan sisi gelap dari keluarga tersebut. Ia menemukan bukti perselingkuhan yang menghancurkan ilusi “keluarga ideal” dalam benaknya. Perasaan kehilangan dan pengkhianatan yang ia rasakan, meskipun tidak rasional, memicunya untuk mengambil tindakan drastis. Sy yang selama ini tampak tenang dan rapi, mulai menunjukkan sisi gelap dan mengganggu, bahkan melanggar batas antara pelanggan dan pelayan.
Film ini menggali tema kesepian, isolasi emosional, dan kerinduan akan koneksi manusia dalam masyarakat modern. Melalui karakter Sy yang diperankan dengan luar biasa oleh Robin Williams, One Hour Photo menyajikan ketegangan psikologis yang sunyi namun menghantui. Tidak ada teror berdarah, namun atmosfer film yang dingin dan visual yang bersih membuat kegilaan Sy terasa nyata. Ini adalah potret mengganggu tentang bagaimana kesepian dan delusi bisa merusak jiwa seseorang secara perlahan.
4. We Need to Talk About Kevin (2011)

Eva Khatchadourian adalah seorang ibu yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu kelamnya, mencoba menjalani hidup setelah tragedi besar yang dilakukan oleh putranya, Kevin. Sejak kecil, Kevin menunjukkan perilaku yang mengganggu dan sulit dikendalikan—dingin, manipulatif, dan tampak tak memiliki empati. Meski Eva berusaha menjadi ibu yang baik, hubungan mereka selalu dipenuhi konflik, jarak emosional, dan ketegangan yang tidak pernah reda. Bahkan sejak bayi, Kevin seakan menolak kasih sayang dari ibunya.
Suami Eva, Franklin, justru melihat Kevin sebagai anak biasa, membuat Eva semakin terisolasi dalam kegelisahannya sendiri. Seiring waktu, perilaku Kevin makin tidak terkendali, dari menyiksa adiknya hingga menunjukkan tanda-tanda psikopati yang semakin nyata. Eva mencoba mengingat kembali setiap keputusan, setiap momen, dan bertanya-tanya apakah semuanya bisa dihindari. Semua ini membangun menuju satu peristiwa traumatis: tindakan kekerasan mengerikan yang dilakukan Kevin di sekolah, mengubah hidup banyak orang selamanya.
Film ini tidak hanya menggambarkan tragedi itu sendiri, tetapi lebih dalam lagi, menggali rasa bersalah, penyangkalan, dan beban menjadi orang tua dari anak yang “berbeda”. Lewat narasi non-linear dan atmosfer yang suram, We Need to Talk About Kevin menyajikan potret keibuan yang penuh luka, di mana cinta tidak selalu cukup untuk menyelamatkan seorang anak. Eva terus dihantui pertanyaan: apakah Kevin memang dilahirkan jahat, atau apakah lingkungan yang membentuknya? Sebuah drama psikologis yang kelam, mengguncang, dan sulit dilupakan.
5. The Boy Next Door (2015)

Claire Peterson adalah seorang guru SMA yang baru saja berpisah dari suaminya setelah mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang suami. Dalam masa rapuh itu, ia bertemu dengan Noah, remaja tampan berusia 19 tahun yang baru pindah ke rumah sebelah dan tinggal bersama pamannya. Noah tampak dewasa, perhatian, dan mengisi kekosongan emosional Claire dengan cepat. Saat malam hujan yang sunyi, Claire tergoda dan akhirnya terlibat dalam hubungan singkat penuh gairah dengan Noah.
Namun yang tampak seperti romansa sekejap berubah menjadi mimpi buruk ketika Noah mulai menunjukkan sisi obsesif dan posesifnya. Ia tak terima dianggap hanya sebagai “kesalahan sesaat” dan mulai menyusup ke kehidupan pribadi dan profesional Claire. Dari mengganggu keluarganya, mengintimidasi murid dan teman-temannya, hingga melakukan tindakan kekerasan, Noah semakin tak terkendali. Claire yang awalnya ingin melupakan semuanya kini harus berjuang menjaga dirinya dan anaknya dari ancaman nyata.
The Boy Next Door adalah thriller psikologis yang mengangkat tema obsesi, godaan, dan konsekuensi dari keputusan yang tampak kecil namun berdampak besar. Dengan atmosfer tegang dan alur yang cepat, film ini menyoroti bagaimana satu malam bisa mengubah hidup seseorang selamanya. Jennifer Lopez sebagai Claire memberikan penampilan emosional sebagai wanita yang terjebak antara rasa bersalah dan rasa takut. Film ini membawa pesan bahwa tidak semua ketertarikan harus ditindaklanjuti—karena beberapa bisa berujung mematikan.
6. The Student (2017)

Abigail Grandacre adalah seorang dosen hukum yang berdedikasi di sebuah universitas prestisius. Ia dikenal adil dan objektif dalam menilai mahasiswanya, hingga suatu hari ia menolak tuntutan nilai A dari mahasiswa barunya, Vance Van Sickle. Vance adalah sosok muda yang cerdas namun memiliki sisi gelap: ambisi tinggi yang dibalut dengan kefanatikan ideologis dan kepribadian manipulatif. Keputusan Abigail itu menjadi awal dari gangguan yang perlahan menggerogoti kehidupan pribadinya.
Vance mulai mengganggu Abigail secara sistematis, dari menyebarkan rumor, mengancam secara halus, hingga memanfaatkan celah hukum dan media kampus untuk mencemarkan reputasinya. Abigail, yang awalnya yakin bahwa kebenaran akan membela dirinya, mulai kehilangan kendali atas situasi. Vance memutarbalikkan fakta, menjadikan dirinya seolah korban, dan membuat Abigail terlihat seperti pelaku diskriminasi akademik. Ketegangan meningkat seiring Vance semakin terobsesi menjatuhkan dosennya demi egonya yang terluka.
Film ini mengeksplorasi bagaimana kecerdasan bisa berubah menjadi senjata ketika dipandu oleh ego dan kebencian. The Student membangun atmosfer psikologis yang mencekam melalui permainan pikiran antara dosen dan murid, memperlihatkan bahwa di balik institusi akademik yang tampak damai, bisa tersembunyi konflik berbahaya. Dengan narasi yang perlahan namun menekan, film ini mempertanyakan batas antara keadilan, kekuasaan, dan keteguhan moral dalam dunia pendidikan. Sebuah thriller psikologis yang mengingatkan kita bahwa tidak semua murid datang untuk belajar—beberapa datang untuk menguji batas.
7. The Bad Seed (2018)

David adalah seorang ayah tunggal yang penuh kasih dan perhatian kepada putrinya yang tampak sempurna, Emma. Emma adalah siswi teladan, pintar, dan sopan di mata para guru dan teman-temannya. Namun, di balik wajah manis dan prestasi akademik yang gemilang, tersembunyi sifat manipulatif dan kegemaran mengendalikan orang di sekitarnya. David mulai curiga ketika terjadi serangkaian insiden aneh dan tragis di sekitar kehidupan Emma.
Kecurigaan David memuncak ketika seorang teman sekolah Emma meninggal secara misterius setelah terlibat dalam persaingan untuk mendapatkan penghargaan. David pun mulai menyelidiki lebih jauh dan menemukan petunjuk mengerikan bahwa putrinya mungkin terlibat dalam peristiwa-peristiwa itu. Rasa cinta sebagai ayah membuatnya terombang-ambing antara kenyataan yang tak ingin ia percaya dan nalurinya yang memberi peringatan. Ia mencoba mencari bantuan, tetapi wajah polos Emma membuat orang-orang sulit mempercayai kemungkinan bahwa anak kecil sebaik itu bisa begitu jahat.
Semakin banyak rahasia terbongkar, David harus menghadapi dilema moral yang menyakitkan: apakah ia sanggup melindungi orang lain dari putrinya sendiri, atau tetap menjadi ayah yang membela darah dagingnya? Film ini menggali konflik psikologis dan emosional seorang ayah dalam menghadapi kejahatan yang tumbuh di dalam rumahnya sendiri. The Bad Seed menghadirkan ketegangan yang mencekam lewat narasi slow-burn, memadukan atmosfer thriller psikologis dengan horor yang muncul dari kepolosan yang mematikan.
8. Unsane (2018)

Sawyer Valentini, seorang wanita muda yang baru pindah ke kota baru untuk melarikan diri dari masa lalu kelamnya, mulai merasa masih dibayangi oleh penguntit obsesif yang dulu menerornya. Trauma psikologis yang belum pulih membuatnya sulit membedakan antara kenyataan dan paranoia. Saat ia mengunjungi sebuah fasilitas kesehatan mental untuk sesi konseling, ia tanpa sadar menandatangani surat yang membuatnya ditahan secara paksa. Dari situ, hidupnya berubah menjadi mimpi buruk tanpa jalan keluar.
Di dalam rumah sakit, Sawyer berusaha meyakinkan para staf bahwa ia bukan orang gila, tapi setiap usahanya justru dianggap sebagai bentuk delusi. Ketegangan memuncak saat ia melihat seseorang yang sangat ia kenal—mantan penguntitnya—bekerja sebagai petugas di rumah sakit tersebut. Apakah ini hanya ilusi akibat trauma, atau memang dia telah dijebak dan dikurung oleh pria yang mengendalikannya dengan cara baru? Sawyer harus bertarung melawan sistem yang tak memihak dan rasa takut yang menghantuinya siang malam.
Dengan kamera yang sempit dan sinematografi intens, Unsane membangun atmosfer klaustrofobik dan meresahkan, mempermainkan persepsi penonton tentang realitas dan delusi. Film ini menggambarkan betapa tipisnya garis antara kewarasan dan kegilaan, serta bahayanya sistem kesehatan mental yang dapat disalahgunakan. Dalam kondisi terisolasi dan tak dipercaya, Sawyer tak hanya harus bertahan, tapi juga membuktikan bahwa dirinya waras sebelum semuanya terlambat.
9. Burn 2019

Melinda adalah seorang penjaga pom bensin yang pendiam dan terasing, hidup dalam rutinitas membosankan dan kesepian yang menyesakkan. Rasa canggung dan kecanggungan sosial membuatnya sering diabaikan oleh rekan-rekannya, terutama Sheila yang lebih dominan dan percaya diri. Suatu malam yang tampaknya biasa berubah drastis ketika Billy, seorang pria muda yang putus asa, datang dan mencoba merampok tempat mereka bekerja. Namun, keadaan menjadi tidak terkendali ketika Melinda mengambil alih situasi dengan cara yang tak terduga.
Alih-alih menjadi korban, Melinda justru melihat peristiwa ini sebagai kesempatan untuk mengubah hidupnya yang hampa. Ia mulai menunjukkan sisi gelap dan penuh obsesi, membalikkan peran antara penyerang dan korban. Interaksi antara Melinda dan Billy berubah menjadi permainan psikologis yang ganjil dan tegang, penuh rasa frustrasi, kebutuhan akan perhatian, dan keputusasaan yang mencengkeram. Ketegangan meningkat seiring dengan kehancuran kontrol moral yang selama ini mengekang Melinda.
Burn adalah sebuah thriller psikologis yang suram dan tak terduga, menyajikan karakter utama yang tidak konvensional namun sangat manusiawi. Film ini mengeksplorasi kesepian ekstrem dan bagaimana rasa tidak terlihat dapat mendorong seseorang menuju batas kegilaan. Dengan setting minimalis dan suasana menekan, Burn memperlihatkan bahwa kadang-kadang, orang yang paling terabaikan bisa menjadi yang paling berbahaya ketika diberi kesempatan.